Lumbunginformasi.id Jepara – Di Desa Sekuro kecamatan Mlonggo ada tarekat Naqsyabandiyah dari jalur Mranggen Demak yang dibawa oleh Simbah Hadi atau Ki Ageng Giri Kesuma Mranggen Demak. Simbah Hadi atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Giri merupakan keturunan dari Sunan Pandanaran Semarang, silsilah beliau Syeikh Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Kyai Ageng Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Kyai Ageng Pandanaran I) pada tahun 1288 H bertepatan dengan tahun 1868 M.
Simbah KH. Abdul Wahid dan Hj.Ruhoyah
Dan sampai sekarang masih berjalan dan diteruskan oleh keturunan dari Simbah Hadi.
Perhatian ini dibuktikan dengan mengirimkan putra-putranya ke berbagai Pondok Pesantren di Jawa Tengah maupun Jawa Timur yang mampu memunculkan generasi penerus semisal Kyai Sirajuddin dan Kyai Mansur. Selepas dari pondok, Kyai Sirajuddin ditunjuk untuk meneruskan program pondok pesantren yang telah dirintis ayahnya, khususnya santri-santri muda, sementara santri tua / toriqoh tetap dipegang oleh Mbah Hadi.
Namun Kyai Sirajuddin meninggal mendahului ayahnya. Sementara Kyai Mansur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya di daerah Solo, tepatnya di desa Dlanggu Klaten. Mbah Hadi meninggal dunia pada tahun 1931 dan selanjutnya tugas kepemimpinan pondok pesantren diteruskan oleh adik kandung Kyai Sirojuddin yaitu Kyai Zahid.
Mbah Zahid sebagai generasi kedua hanya memimpin pondok dalam kurun waktu 30 tahun. Tahun 1961 tongkat kepemimpinan pondok diserahkan kepada anak tertuanya KH. Muhammad Zuhri yang oleh para santri dan masyarakat dipanggil dengan sebutan Mbah Muh Giri, dikarenakan kondisi Kesehatan Mbah Zahid semakin menurun dan meninggal dunia pada tahun 1967.
Simbah KH. Munif Zuhri Mranggen Demak
Di bawah kepemimpinan Mbah Muh inilah pondok Giri mulai mencoba untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian di bidang pendidikan santri, penyajian pendidikan yang selama ini berjalan dengan sistem bandongan dilengkapi dengan sistem klasikal, sementara sistem lama tetap berjalan.
Kepemimpinan Mbah Muhammad Zuhri berlangsung selama 19 tahun kemudian kepemimpinan Pondok Pesantren diteruskan putranya KH,. Munif Muhammad Zuhri. Pada tahun 1997 Kyai Munif mencoba mencari format baru untuk mengembangkan pendidikan dia lingkungan pesantren Giri kusumo yaitu dengan mendirikan sebuah Yayasan Kyai Ageng Giri dengan maksud membawahi lembaga-lembaga formal yang mengikuti program pemerintah. Hal ini didasarkan pada orientasi dan kebutuhan masyarakat akan formalitas dengan tidak meninggalkan ciri khas lembaga yang bernaung dibawah pesantren yaitu dominasi religiusitas kurikulum yang diterapkan di lembaga dibawah Yayasan.
Sementara dari Desa Sekuro ada seseorang yang bernama Ahmad Waridin yang kemudian berguru kepada Simbah Hadi untuk berbaiat tarekat Naqsyabandiyah, selepas mendapatkan baiat Mursyid dari Simbah Hadi Ahmad Waridin kembali meneruskan kepada putranya yaitu Simbah Kiai Zahid.
Setelah mendapatkan izin dari Kiai Zahid kemudian Kiai Ahmad Waridin pulang ke Jepara tepatnya di Desa Sekuro kecamatan Mlonggo untuk mengajar tarekat Naqsyabandiyah kepada warga sekitar, dulu hanya sebuah pondok kecil berada di dekat rumahnya, yang sekarang ada di RT 11/03 Sekuro, Kiai Ahmad Waridin dalam mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah mendapatkan banyak murid baik dari warga sekuro maupun dari daerah lain di Jepara, yang kemudian salah seorang dari putra beliau yang bernama Abdul Wahid di suruh meneruskan jejaknya untuk dapat berguru ke Simbah Kiai Zahid di Mranggen agar dapat dibaiat langsung. Setelah berguru kepada Simbah Kiai Zahid disambung lagi dengan putra beliau yaitu Simbah Kiai Muhammad Zuhri untuk lebih mematangkan keilmuan tentang tarekat, sehingga Abdul Wahid mendapat baiat Mursyid dari dua guru.
Selepas dari Mranggen Abdul Wahid kemudian meneruskan estafet Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah dari bapaknya Simbah Kiai Ahmad Waridin. Dengan diangkatnya Simbah Kiai Abdul Wahid menjadi Mursyid Tarekat maka murid yang dulu berguru kepada Simbah Kiai Ahmad Waridin diteruskan dan menjadi murid dari Kiai Abdul Wahid, dan beralih ke Masjid Jami Raudlatul Falah.
Sumber : Budi B
Lumbunginformasi.id Jepara